وَمَعْرِفَةُ نَبِيِّهِ (١) وَمَعْرِفَةُ دِينِ الْإِسْلَامِ.
Dan mengenal Nabi-Nya (1), serta mengenal agama Islam.
(١) أَيْ مَعْرِفَةُ رَسُولِهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، الْمَعْرِفَةُ الَّتِي تَسْتَلْزِمُ قَبُولَ مَا جَاءَ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ، وَتَصْدِيقَهُ فِيمَا أَخْبَرَ، وَامْتِثَالَ أَمْرِهِ فِيمَا أَمَرَ، وَاجْتِنَابَ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ، وَتَحْكِيمَ شَرِيعَتِهِ وَالرِّضَا بِحُكْمِهِ.
(1) Yaitu mengenal Rasul-Nya, Muhammad ﷺ, dengan pengenalan yang mengharuskan penerimaan terhadap segala petunjuk dan agama yang benar yang dibawanya, membenarkan segala yang beliau kabarkan, menaati perintahnya dalam segala yang beliau perintahkan, menjauhi segala yang beliau larang dan cegah, serta menjadikan syariatnya sebagai hukum dan ridha terhadap keputusannya.
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
(فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) [سُورَةُ النِّسَاءِ، الْآيَةُ: ٦٥].
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
'Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.' (QS. An-Nisa: 65).
وَقَالَ تَعَالَى:
(إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ) [سُورَةُ النُّورِ، الْآيَةُ: ٥١].
Dan Allah Ta’ala berfirman:
'Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, ialah ucapan: Kami mendengar dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.' (QS. An-Nur: 51).
وَقَالَ تَعَالَى:
(فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا) [سُورَةُ النِّسَاءِ، الْآيَةُ: ٥٩].
Dan Allah Ta’ala berfirman:
'Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.' (QS. An-Nisa: 59).
وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ:
(فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ) [سُورَةُ النُّورِ، الْآيَةُ: ٦٣].
Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
'Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.' (QS. An-Nur: 63).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ:
«أَتَدْرِي مَا الْفِتْنَةُ؟ الْفِتْنَةُ الشِّرْكُ، لَعَلَّهُ إِذَا رَدَّ بَعْضَ قَوْلِهِ أَنْ يَقَعَ فِي قَلْبِهِ شَيْءٌ مِنَ الزَّيْغِ فَيَهْلِكَ».
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
'Tahukah kamu apa itu fitnah? Fitnah adalah syirik. Bisa jadi ketika seseorang menolak sebagian sabda Rasul, maka akan masuk ke dalam hatinya sesuatu yang menyimpang, sehingga dia binasa.'
(٢) قَوْلُهُ "مَعْرِفَةُ دِينِ الْإِسْلَامِ" : الإِسْلَامُ بِالْمَعْنَى العَامِّ هُوَ التَّعَبُّدُ لِلَّهِ بِمَا شَرَعَ مُنْذُ أَنْ أَرْسَلَ اللَّهُ الرُّسُلَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ، كَمَا ذَكَرَ عَزَّ وَجَلَّ ذَلِكَ فِي آيَاتٍ كَثِيرَةٍ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الشَّرَائِعَ السَّابِقَةَ كُلَّهَا إِسْلَامٌ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ .
(2) Ucapannya "Mengenal agama Islam": Islam dalam makna umum adalah beribadah kepada Allah dengan apa yang telah Dia syariatkan sejak Allah mengutus para rasul hingga hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam banyak ayat yang menunjukkan bahwa seluruh syariat terdahulu adalah bentuk kepasrahan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ إِبْرَاهِيمَ:
(رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ) [سُورَةُ الْبَقَرَةِ، الْآيَةُ: ١٢٨].
(2) Ucapannya "Mengenal agama Islam": Islam dalam makna umum adalah beribadah kepada Allah dengan apa yang telah Dia syariatkan sejak Allah mengutus para rasul hingga hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam banyak ayat yang menunjukkan bahwa seluruh syariat terdahulu adalah bentuk kepasrahan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim:
'Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri (Muslim) kepada-Mu, dan (jadikanlah) di antara keturunan kami umat yang berserah diri (Muslim) kepada-Mu.' (Surat Al-Baqarah: 128)
وَالْإِسْلَامُ بِالْمَعْنَى الْخَاصِّ بَعْدَ بَعْثَةِ النَّبِيِّ ﷺ يَخْتَصُّ بِمَا بَعَثَ بِهِ مُحَمَّدٌ ﷺ، فَإِنَّ مَا بَعَثَ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ نَسَخَ جَمِيعَ الْأَدْيَانِ السَّابِقَةِ، فَصَارَ مَنِ اتَّبَعَهُ مُسْلِمًا، وَمَنْ خَالَفَهُ لَيْسَ بِمُسْلِمٍ، فَأَتْبَاعُ الرُّسُلِ مُسْلِمُونَ فِي زَمَنِ رُسُلِهِمْ.
Adapun Islam dalam makna khusus setelah diutusnya Nabi Muhammad ﷺ, adalah khusus dengan syariat yang dibawa oleh Muhammad ﷺ. Sesungguhnya syariat yang dibawa oleh Nabi ﷺ telah menghapus (نسخ) semua agama sebelumnya. Maka, siapa yang mengikutinya adalah seorang muslim, dan siapa yang menyelisihinya bukanlah seorang muslim. Para pengikut rasul-rasul terdahulu adalah muslim (berserah diri) pada zaman rasul mereka masing-masing.
Saran & Kritik Terjemahan : 081380712728 (Buletin Fawaid)